Sabtu, 05 Februari 2011

Pesantren Bermasyarakat : Tebarkan Kasih Sayang untuk Ummat

oleh : Latifah

Dalam perputaran roda perjalanannya, pondok pesantren dari dahulu hingga sekarang menjadikan peran masyarakat sebagai sebuah hal penting yang tidak bisa ditinggalkan begitu saja. Besarnya sebuah pondok pesantren jelas berhubungan dengan kepercayaan masyarakat atas pendidikan yang dilaksanakan dalam sebuah lembaga pondok pesantren. Hal itu menyangkut mulai mutu sampai kualitas maupun kuantitas santri yang dicetak dari pondok pesantren tersebut.


Sejauh ini telah berdiri ribuan pondok pesantren di Indonesia dengan berbagai corak dan karakter, mulai dari yang salafi murni, modern, hingga perpaduan antara salafi dan modern. Tentu saja terdapat beragam respon masyarakat atas berdirinya lembaga-lembaga pendidikan tersebut, baik itu respon yang positif maupun negatif. Masyarakat seolah menjadi tim pengamat bagi lembaga pondok pesantren sebagai wadah pendidikan bagi anak-anak mereka sehingga baik buruknya pondok pesantren dalam pandangan warga sekitarnya adalah hasil dari pendidikan yang telah diajarkan di pondok pesantren.


Berdirinya pondok pesantren tidak mungkin terlaksana dengan baik tanpa keikutsertaan masyarakat. Sebut saja beberapa tokoh yang dianggap berwenang seperti tokoh agama maupun tokoh masyarakat yang pada fungsinya mewakili penduduk di suatu daerah. Keberadaan mereka dalam lembaga pondok pesantren sedikit banyaknya mempengaruhi orang-orang di sekitar pondok pesantren terhadap paradigma tentang lembaga pendidikan ini. Hal ini juga yang kemudian memunculkan kepercayaan masyarakat selaku orang tua untuk menitipkan anak-anak mereka agar dididik di lembaga pondok pesantren.


Ada banyak hal yang bisa dilakukan pondok pesantren dalam pembentukan karakter suatu lembaga pendidikan yang memasyarakat dan tidak terlihat (terkesan) eksklusif apalagi arogan, yaitu dengan melibatkan masyarakat dalam pengawasan para santri dan mutu pendidikan di pondok pesantren, terbuka dengan kritik dan saran masyarakat tanpa melupakan pertimbangan dan kematangan dalam menanggapi hal-hal tersebut. Bukan hal yang mudah mendidik dan mengontrol anak-anak dengan berbagai macam karakter yang bervariasi antara satu dengan yang lain sehingga peran masyarakat dalam mengontrol para santri merupakan bentuk kepedulian dan rasa memilik pondok pesantren yang tertanam pada masyarakat. Disamping itu juga untuk mendidik agar santri tidak hanya bertanggung jawab ketika berada di lingkungan pondok pesantren akan tetapi juga merasa bertanggung jawab di masyarakat dalam memberikan contoh perilaku seorang santri yang terdidik secara intelektual dan spiritual.


Nilai pengabdian dan keikhlasan yang ditanamkan di lingkungan pondok pesantren merupakan suatu kelebihan yang jarang sekali bahkan tidak dijumpai pada lembaga pendidikan umum. Pengabdian jauh dari kesan materialistis apalagi oportunis dalam mengerjakan sesuatu karena besarnya arti keikhlasan dalam pengabdian yang telah tertanam pada jiwa seorang santri. Seorang santri dibina dan ditempa menjadi pribadi yang tangguh namun penuh dengan kelembutan hati dan keikhlasan serta dihiasi dengan akhlaqul karimah dalam menjalankan tugas sebagai pemimpin ummat di masa yang akan datang. Kepandaian dalam berorasi dan berargumen merupakan simbol kecerdasan seseorang dalam bidang akademik dan keilmuan, karena kemajuan zaman dan peradaban menuntut manusia untuk menciptakan inovasi dan kreatifitas dalam berkarya sebagai modal untuk mendapatkan penghidupan yang layak. Di samping pembentukan pola pikir dan kecerdasan santri, pendidikan mereka juga harus diimbangi dengan materi-materi spiritual menyangkut tentang kecerdasan seseorang dalam menata hati, penanaman nilai kejujuran dan berani memperjuangkan kebenaran demi kehidupan yang lebih baik di masa yang akan datang. Sehingga santri yang terlahir dari pondok pesantren benar-benar siap dalam menjalani tugas di masyarakat. Tidak hanya sibuk dengan hitungan rupiah yang keluar masuk kantong pribadi namun juga terampil dalam memecahkan permasalahan masyarakat dengan adil dan bijaksana.


Keberadaan pondok pesantren dalam suatu masyarakat merupakan kebanggaan tersendiri ketika pondok pesantren tersebut bisa beradaptasi dengan masyarakat setempat. Sehingga tercipta hubungan baik antara masyarakat dan pondok pesantren. Penting sekali menanamkan nilai menghargai dan kepandaian menempatkan diri dalam jiwa seorang santri, karena disadari atau tidak hubungan keluar dengan masyarakat itu adalah suatu kepastian, sebesar apapun pondok pesantren itu, masyarakat adalah struktur yang tidak mungkin ditinggalkan dalam sejarahnya. Di berbagai bidang terdapat campur tangan masyarakat dalam perkembangan pondok pesantren, baik itu dalam bidang ekonomi, sosial keagamaan dan pendidikan. Kerja sama yang terjalin mempunyai porsi dan ketentuan masing-masing dalam menjalankan tugas guna memajukan pendidikan dan kesejahteraan di pondok pesantren.


Pondok pesantren yang baik adalah pondok pesantren yang bisa diterima masyarakat dalam segala hal. Di bidang keagamaan, keterbelakangan masyarakat tentang pengetahuan agama bukan menjadi penghalang komunikasi antara pondok pesantren dengan masyarakat namun justru menjadi pengikat di hati mereka karena adanya kebutuhan akan pengetahuan agama tanpa membuat masyarakat merasa digurui dan didoktrin, tentu saja perilaku santri yang santun menjadi faktor utama dalam hal ini.


Pendidikan disiplin pun bukan berarti santri harus dihadapkan dengan kekerasan dan hukuman yang sifatnya menyakiti fisik mereka, karena sikap yang tumbuh pada diri seorang santri adalah buah dari perlakuan orang-orang sebelumnya. Pondok pesantren yang menggunakan sistem kekerasan dalam penerapan hukumannya kebanyakan menghasilkan santri yang keras dan cenderung kasar dalam bertindak, tidak menutup kemungkinan seorang santri menjadi sangat liar dan brutal ketika dia berada di luar lingkungan pondok pesantren akibat dari perasaan tertekan yang luar biasa karena kekerasan hukuman yang dia alami di pondok pesantren, mau tidak mau masyarakat akan merasakan dampak negatif dari hal tersebut karena bagaimana mungkin seorang pemimpin bersikap kasar dan temperamental dalam menghadapi permasalahan ummat yang sangat beragam.


Intinya, pendidikan di pondok pesantren bukan hanya terpaku pada masalah kecerdasan dalam berfikir saja, akan tetapi bagaimana seorang santri nantinya bisa menjadi pemimpin yang baik di masyarakat, pemimpin yang berjiwa besar dan penuh kasih sayang, karena pondok pesantren yang peduli dengan ummat adalah pondok pesantren yang mempersiapkan para generasi muda untuk menciptakan ketenangan dan kedamaian dalam kehidupan bermasyarakat.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cheap international calls