Rabu, 19 Januari 2011

Vicky to Victory!!

Siapa sangka sosok cowok yang satu ini rupanya mengantongi segudang prestasi. Tak hanya berjaya di olimpiade akuntansi tingkat nasional, gelar juara dalam lomba karya tulis ilmiah tingkat nasional pun telah beberapa kali berhasil diraihnya. Bahkan, akhir September 2010, Vicky bersama timnya melanggeng mulus ke Taiwan dalam kompetisi bisnis plan yang diselenggarakan oleh National Cheng Kung University, Tainan, Taiwan.


Diakui Mawapres FEB Unair 2010 ini, keberhasilannya menaklukkan olimpiade akuntansi maupun karya tulis ilmiah tak lepas dari strategi khusus yang diracik oleh timnya sendiri. Dalam olimpiade akuntansi misalnya, kerjasama tim berupaya dimaksimalkan dengan pembagian materi berdasarkan spesifikasi keilmuan. Dengan komitmen yang kuat, hasilnya dia bersama timnya berhasil meraih juara tiap kali mengikuti olimpiade akuntansi nasional pada 2009 dan 2010.


Dalam hal karya tulis ilmiah, pria yang hobi tidur siang ini memulai debut menulisnya pada awal semester IV. Ketika itu, Vicky yang menjadi ketua divisi science di organisasi keilmuan fakultas, ditunjuk menjadi koordinator pengumpulan karya tulis ilmiah. Saat itu dia merasa ada yang aneh. Banyak stafnya membuat dan mengumpulkan karya tulis, sedangkan dirinya selaku ketua divisi justru tidak ikut berpartisipasi, beban mental katanya. Maka dengan bersungguh-sungguh dia pun mulai mencoba menulis karya ilmiah pertamanya. Walhasil, karya tulis perdana tersebut berhasil menyisihkan ratusan karya tulis lainnya dan dia berhak mempresentasikannya di Universitas Udayana, Denpasar. Tapi sayang, saat itu belum beruntung, hanya gelar finalis yang bisa dikantonginya.


Dari sinilah dia mulai tertarik menulis, karirnya terus melejit di dunia karya tulis ilmiah hingga beberapa kali menyabet gelar juara di tingkat nasional. “Sebenarnya karya tulisnya biasa, sama dengan yang lain. Hanya saja, dalam sesi presentasi agaknya berhasil memuaskan dewan juri.” Selain itu, mahasiswa English Class di Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) selalu memaksimalkan persiapan sebelum melaju untuk presentasi. Berbagai literatur terkait karya ilmiah yang hendak dipresentasikan, dicoba untuk diperdalam lagi dengan sungguh-sungguh, tidak hanya monoton dan terpaku pada pada karya tulisnya saja. Maka benarlah, kerja kerasnya membuahkan hasil. Presentasi yang baik, kemampuan artikulasi dan menjawab dengan lugas pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh dewan juri mengantarkan dia bersama timnya pada kemenangan.


Menulis karya ilmiah memang bukan hal yang mudah. Bagi sebagian mahasiswa bahkan menjadi hal yang dirasa aneh dan tabu. Hal ini bisa dikarenakan sulitnya mencari ide dan inspirasi yang kemudian mesti disusun pula menjadi sebuah karya tulis ilmiah. Vicky, yang juga aktif dalam kelompok studi Ekonomi Syariah ini, pun berusaha merubah image karya tulis super sulit. Jika ide yang menjadi kendalanya, maka hal itu tidaklah menjadi hal yang akan menghalangi untuk membuat karya tulis. Ide bisa didapat dari mana saja: merenung, membaca, belajar dari pengalaman, atau bahkan terbersit secara kebetulan. Vicky mengaku, hobi membacanya menjadi kontributor utama untuk mendapatkan ide-ide yang kemudian diramunya menjadi karya tulis ilmiah.


Di sisi lain, teladan yang baik dari Abah dan Umminya menjadi motivasi yang kuat bagi anak ketiga dari sembilan bersaudara ini. “Abah saya adalah pekerja keras, Ummi saya begitu istiqamah ibadahnya.” Tentu saja demikian, meski berat dirasa memang. Bersungguh-sungguh dalam suatu urusan memang tidak mudah, menjadi yang terbaik dalam suatu hal bukanlah perkara gampang. Namun kerja keras yang dibarengi dengan keriangan hati, akan membuatnya terasa lebih ringan.


Motif lain yang mengantarkan Ketua Association of Sharia Economics Studies (AcSES) ini untuk berprestasi adalah jiwa kompetitif yang ditularkan oleh kakak-kakak kelasnya yang kemudian ia tularkan pula pada adik-adiknya di AcSES. Selain itu, ditularkan pula ke adik-adiknya di rumah. Piala-piala yang berhasil dibawanya pulang, sebelum diserahkan kepada pihak fakultas, selalu disempatkan untuk dipajang walaupun sejenak di ruang tamu untuk memotivasi adik-adiknya di rumah. Vicky yang merupakan anak pertama dalam keluarganya yang kuliah, membawa paradigma baru di keluarganya bahwa adik-adiknya juga mesti kuliah.


“Jika bukan sekarang, kapan lagi bisa berkarya dan beraktualisasi diri.” Tukasnya. Berkarya dalam bidang akademik maupun non akademik diimbangi pula dengan organisasi. Selagi bisa berkarya dan mengukir prestasi, kenapa tidak? Ketika ditanya bagaimana membuat tiga hal tersebut seimbang, mahasiswa yang hobi membaca dan menulis ini hanya tersenyum dan berkata, “Seimbang itu sulit. Saya termasuk orang yang hanya bisa fokus untuk satu hal. Timing yang tepat menjadi strateginya.” Benar saja, kuliah pun terkadang dia tinggalkan untuk mempersiapkan olimpiade ataupun saat membuat karya tulis ilmiah. Rumus jelek memang, tapi tetap saja bisa mengejar hingga dia tak ketinggalan materi kuliah.


Diakui mantan Ketua Departemen Jurnalistik CSS MoRA Unair ini (ketua pertama dan terakhir), pada semester-semester awal kuliah, dia benar-benar kutu buku sekaligus suka buku. Praktis! Ia pun menuai ranum pada semester-semesternya kini, karena fondasi yang kuat akan membuat bangunan yang kokoh. Belajar tidak melulu monoton di ruang kuliah dan suntuk mendengar sekaligus berusaha menyimak penjelasan dosen, tapi juga mencari literatur-literatur lain yang relevan. Bahkan diakuinya, kadang kuliah adalah konfirmasi penegasan dari apa yang telah dipelajari pada malam sebelum kuliah.


Serasa mengalir, jalan hidup adalah rute yang telah disiapkan oleh-Nya. Alumnus Pondok Pesantren Nurul Huda Surabaya ini sebelumnya belum pernah terpikir akan menjadi mahasiswa akuntansi Unair. Pilihannya semasa SMA adalah ingin menjadi mahasiswa Jurusan Tafsir Hadits Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Ampel.


Namun ketika ditawari oleh ustadznya untuk mengikuti tes PBSB Departemen Agama (yang sekarang menjadi Kementerian Agama) RI pada 2007 lalu, ternyata jurusan tafsir hadits tidak dibuka di IAIN Sunan Ampel. Dengan motif coba-coba, dia pilih Jurusan Sastra Inggris di Unair. Namun pada seleksi kedua setelah dinyatakan lolos tahap seleksi pertama, kaget saja dia bahwa ternyata pilihannya diubah tanpa alasan yang jelas oleh Kemenag menjadi Jurusan Akuntansi sebagai pilihan pertama dan Ilmu Komunikasi sebagai pilihan kedua. Sempat malas untuk mengikuti seleksi tahap kedua, tapi berkat ustadz dan ustadzahnya yang selalu mencoba untuk membesarkan hati, seleksi tahap kedua pun dia ikuti, dan akhirnya mengantarkan dia menjadi mahasiswa Jurusan Akuntansi Unair.


Bisa jadi kamu menyukai sesuatu, padahal sebenarnya hal itu tidak baik bagimu, dan bisa jadi kamu membenci sesuatu, padahal sebenarnya hal itu baik bagimu. Dia pun menerima apa yang dianugerahkan padanya. Meskipun semasa SMA tidak paham sama sekali dengan akuntansi, dia pun mulai bersungguh-sungguh mempelajarinya. Setengah semester pada awal masa kuliah dilaluinya dengan gamang, Alhamdulillah perlahan dia mulai memahami akuntansi dan semakin tertarik untuk mendalaminya. Begitulah tutur sosok yang suka dengan mata kuliah auditing ini.


Kesungguhan yang dijalaninya membuahkan hasil. Terbukti dengan tinta emas yang telah digoreskannya dalam prestasi-prestasi gemilang. Tapi dia tidak mau berbangga diri dengan apa yang telah diraihnya. Karena di atas langit, masih ada langit. Sehebat apapun seseorang, pasti masih ada orang lain yang lebih hebat. So, tetap semangat dalam mencari ilmu ^_^.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cheap international calls