Jumat, 17 Juni 2011

JURNALISTIK, PESANTREN , DAN MAJALAH SANTRI

Oleh: Khairil Juhdi Siregar_SANTRI ITS

Dunia Jurnalis telah ada semenjak zaman penjajahan di tanah air kita ini. Menurut sejarah koran pertama yang terbit di Indonesia adalah Sinar Indonesia. Namun, sejarawan telah sepakat bahwa koran pertama terbit adalah di Suamtera Utara. Biarlah sejarah yang mengungkap mana yang benar diantara keduanya. Yang terpenting adalah apakah fungsi dari dunia jurnalistik telah memberi hal positif bagi negara dan seisinya?

Zaman orde Baru adalah masa yang kelam bagi dunia jurnalistik di negeri ini. Baik itu yang berbau berita, hiburan, maupun pendidikan semuanya harus dalam 'pantauan pemerintah'. Tidak ada yang lepas dari seleksi- seleksi yang diajukan oleh pemerintah, semua berita, hiburan, dan pendidikan harus menyanjung pemerintahan masa itu. Bukan rahasia umum lagi, yang berani menantang pemerintah-dari semua lapisan masyarakat- maka harus ikhlas dengan takdir sang istri akan menjadi janda dan sang anak akan menjadi yatim.

"Catatan seorang jurnalis", bagitulah orang menyebut mereka yang berkecimpung di dunia tulisan ini. Banyak perubahan yang telah mereka catatkan di negeri ini maupun di dunia ini. Dari tangan-tangan merekalah ummat manusia bisa mengetahui perkembangan negaranya. Dari goresan tinta merekalah para punggawa negeri gemetar dengan apa yang diberitakan akan dirinya. Dan dari lambaian jari yang lembut dalam menulis membuat pecintanya mengagumi apa yang akan diterbitkan.

Sungguh bertolak belakang dengan dunia kepesantrenan, yang jauh dari media, jauh dari sorotan, dan jauh dari mata-mata yang merah melihat dunia. Inilah hakekat dari kepesantrenan tersebut. Dunia yang penuh dengan tasbih, tahlil, dan takbir yang menyerukan dakwah di tanah mereka berpijak. Namun tidak dipungkiri bahwa kemerdekaan Indonesia tidak lepas dari dunia istikomah para santri dalam membela negaranya sesuai perintah Allah dan Rasul-Nya. Sanrti-santri yang memberi suatu perubahan untuk negaranya, para santri yang demi takbir merelakan harta dan jiwanya, dan para santri yang akan menjadi The Agent of Change di negeri ini. Mereka semua dicetak dan dibentuk dalam dunia yang tersembunyi. Dunia yang hanya mereka dan tuhan merekalah yang tahu apa-apa yang mereka lakukan di dalam sana. Dunia yang semua makhluk di dunia ini menghormati akan nama, dan martabat mereka.

"Hidup Adalah Sebuah Lukisan Yang Sangat Besar, Berikan Semua Warna Yang Dapat Kita Berikan........."

Mewarnai dunia ini dengan warna emas adalah tanggung jawab kita semua. Namun yang paling ditunggu-tunggu adalah warna emas yang akan diberikan oleh mereka yang hidup di 'secret world' tersebut. Masyarakat telah bosan dengan warna-warna kelabu yang ditorehkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Warna yang didasari dengna cinta dunia, warna yang ditorehkan demi kekuasaan, dan warna yang penuh dengan dendam antar sesama.

Perubahan tidak akan bisa tercapai tanpa adanya media pendukung. Perubahan akan tidak efisien jika tidak didukung oleh penguasa dunia. Namun perubahan tersebut akan tercapai dengan adanya kerjasama tim, kolaborasi antar SDM dan pemegang kendali publik. Santri sebagai SDM akan membawa perubahan dengan ditopang oleh penguasa dunia. Jurnalistik akan membawa perubahan ini ke jalan yang diridhoi Allah Insya Allah. Para santri yang siap dengan warna-warna yang mereka miliki, dan jurnalistik yang siap dengan ayunan tangan yang akan membuat kolaborasi yang menciptakan perubahan besar di dunia ini.

"Majalah Santri' adalah media yang mewadahi warna-warna tersebut. Tangan-tangan orang yang berkecimpung di dalamnya siap dengan ayunan yang akan membuat warna yang dibawa para santri menghiasi bumi pertiwi. Setiap ayunan dan goresan tinta akan membawa pengaruh besar bagi negeri, tidak akan ada yang terlewatkan. Bangsa dan masyarakatnya telah lama duduk dengan penantian panjang untuk melihat warna-warna dan goresan tangan-tangan para santri tersebut. Goresan tangan yang membuat mereka tenang dan selau ingat akan sang Pencipta. Prestasi yang akan dimuat adalah prestasi bersama, bukan prestasi yang akan membuat diri bangga akan diri sendiri, melainkan prestasi yang membawa perubahan dan motivasi bagi masyarakat luas. Prestasi yang membuat negeri ini tercengang akan nilai manfaat prestasi tersebut. Bukan nilai sukses yang akan dibawa olehnya.

"Pandanglah segala sesuatu dari kacamata orang lain. Apabila hal itu menyakitkan hatimu, sangat mungkin hal itu menyakitkan hari orang lain pula......."

Semboyan di atas bisa menjadi pedoman kita dalam dunia jurnalistik ke depan. Karena walau Allah dan Rasul-Nya memerintahkan dakwah lewat jalan mana saja, namun kita juga harus melihat akan isi dakwaj yang kita sampaikan. Ukhuwah hukumnya wajib, jangan sampai jalan dakwah membuat ukhuwah menjadi pecah karena isi dakwah yang menggoreskan luka di hati pendengar/pembaca. Mudah-mudahan Majalah Santri akan menjadi jalan dakwah yang di ridhoi Allah. Jalan dakwah yang akan membawa perubahan besar unutuk bangsa. Dan jalan dakwah yang akan membuat asma Allah berkumandang di muka bumi ini selamanya.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cheap international calls