Taukah Anda bahwa Duta Anak Indonesia Tahun 2009 adalah seorang Santri Pondok Pesantren? Ya. Dialah sosok sahabat santri kita kali ini. Seorang Santri Pondok Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Daerah Garut, Jawa Barat.
Nama lengkapnya
Haidar Abdurrohman (18). Santri yang baru naik kelas XII MA Daarul Arqam Putra
ini dikenal oleh teman-temannya sebagai sosok yang supel dan baby face. Tak
banyak bicara, namun prestasinya patut untuk dibicarakan. Dua
tahun lalu, santri kelahiran Bandung ini
menjadi Duta Anak Indonesia Bidang Perlindungan Khusus Tahun 2009. Di tahun
yang sama, sahabat santri kita ini juga terpilih menjadi pembaca Deklarasi Anak
Indonesia dalam puncak peringatan Hari Anak Nasional Tahun 2009 di depan
jajaran menteri-menteri Kabinet Indonesia Bersatu.
“Awalnya saya adalah salah satu delegasi Provinsi Jawa Barat dalam Kongres Anak Indonesia 2009 di
Depok. Dari 330 peserta delegasi tiap provinsi se-Indonesia tersebut, terpilih 10
(sepuluh) Duta Anak Indonesia. Termasuk saya terpilih menjadi Duta Anak Indonesia
Bidang Perlindungan Khusus” ujar santri remaja yang hobi berorganisasi ini. Dialah satu-satunya dari 330 peserta delegasi yang berlatar belakang
pondok pesantren alias satu-satunya santri. Bahkan boleh dibilang, dialah
santri pertama sebagai Duta Anak Indonesia.
Sebagai Duta Anak Indonesia Tahun 2009 dia sudah melakukan
banyak hal yang luar biasa. Di antaranya mensosialisasikan UUD Nomor 23 Tahun
2002 Tentang Perlindungan Anak kepada anak-anak jalanan, anak-anak penyandang
cacat dan di rutan (rumah tahanan) Jawa Barat. Selain itu, ia juga aktif
menjadi pembicara di berbagai acara yang membahas masalah anak-anak. “Setelah
melihat anak-anak seperti mereka (anak jalanan, anak-anak penyandang
cacat.red), saya menjadi lebih peka. Saya tersadar dan merasa harus menjadi
solusi bagi mereka. Jadi, semua saya jalani dengan nyaman dan ikhlas untuk
mereka.”
Haidar, kini menjabat sebagai ketua FAD (Forum Anak Daerah) Jawa barat. Lagi-lagi dialah satu-satunya ketua FAD yang berlatar belakang pondok pesantren alias santri.
Bagi lelaki yang
punya cita-cita menjadi ketua MPR ini, menjadi ketua FAD adalah hal yang
sangat luar biasa, khususnya dalam hal berorganisasi. Di FAD, ia menemukan
suasana yang nyaman dan cocok dengan sifatnya yang supel dan suka
bersosialisasi dengan masyarakat. Bisa berinteraksi dengan banyak orang dengan
kepribadian masing-masing.
Hebatnya, meski
dia adalah Duta Anak Indonesia dan hingga sekarang mengemban amanah yang begitu
luar biasa, ia tidak pernah melupakan tugas utamanya sebagai seorang santri. Pondok
Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Daerah Garut Jawa Barat telah menjadi tempat baginya memperdalam ilmu agama Islam
sejak umur 13 tahun.
“Saya
ingin menjadi anak yang mandiri dan bertanggung jawab. Itu alasan saya masuk pondok pesantren. Di pondok pesanten,
saya mempelajari ilmu kehidupan, kebersamaan dan belajar mengerti antar satu
sama lain. Membentuk suatu keutuhan yang utuh. Bagi saya, pondok pesantren
adalah miniatur kehidupan dunia, miniatur bermasyarakat. Selain itu, di pondok
pesantren saya mampu membangun kokoh benteng agama saya. Mampu membedakan mana
yang baik dan mana yang buruk bagi saya” terangnya.
Kegiatannya
di Pondok Pesantren umumnya sama dengan
santri lainnya. Mulai bangun tidur pukul 04.00 pagi dan beraktivitas hingga
pukul 22.00 malam. Belajar dikelas, mengaji kitab, tadarus Al-Quran, kegiatan
ekstrakulikuler, semua sama. Tak ada yang berbeda. Kombinasi kurikulum agama
dan umum yang seimbang, menambah padatnya jadwal belajar para santri. Selain
aktif di FAD, di dalam Pondok Pesantren ia aktif menjabat sebagai Kepala Bidang
Kaderisasi Sumber Daya Manusia Ikatan Pelajar Muhammadiyah Darul Arqam. Soal pembagian waktu antara kegiatan pondok dan
kesibukan organisasinya, Haidar melakukannya dengan apik. Ia malahan mengaku
sering keluar Pondok Pesantren untuk menghadiri undangan menjadi pembicara di
berbagai kegiatan di luar kota. Namun, ia berusaha untuk belajar sendiri
mempelajari materi-materi yang telah ia lewatkan.
Prestasi dan kemahirannya di
Pondok Pesanten juga tidak kalah dengan kemahirannya berorganisasi. Hal ini
terbukti dengan seringnya ia menyabet juara dari berbagai lomba. Di antaranya, Juara 1 lomba debat
Ghazwatul Fikir, Juara
3 Dakwah Bahasa
Indonesia dan Juara 3 Lomba Puisi
Bahasa
Inggris. Tengok saja pandangannya terkait masalah umat Islam
saat ini. “Manusia pada dasarnya adalah pelupa. Perlu untuk diingatkan, agar
kembali ke jalan yang benar. Namun, tidak sedikit orang yang hanya bisa
memerintah dan mengingatkan orang lain saja tanpa memperhatikan perbuatannya sendiri.
Seperti yang termaktub dalam Surat Ash-Shaf ayat 2-3. Prinsip yang saya pegang
adalah Khoirun Nas Anfa’uhum Lin Nas.
Saya ingin bermanfaat dan menjadi pengingat bagi orang lain. Saya tidak
memerintah atau mengingatkan mereka secara lisan, tetapi saya berbuat. Menjaga
perilaku dan berbuat baik kepada semua orang, dengan sendirinya mereka akan
tersadar dan teringatkan oleh perbuatan baik kita”
Di penghujung wawancara, ia berpesan kepada seluruh
kawan-kawan santri di seluruh Indonesia, “Jangan pernah minder menjadi
santri, kita semua harus bangga dan menunjukkan bahwa
santri itu hebat. Bukan hanya orang yang pintar membaca
Al–Quran dan beribadah saja. Tetapi dapat
berguna bagi seluruh rakyat Indonesia. Jadi janganlah
malu untuk menuunjukan bahwa
kita adalah Santri.
Dan jangan sembunyikan bahwa
identitas kita adalah santri!” tutup pemuda yang mengidolakan Jendral Sudirman dan Sahabat Rosulullah
Ja’far ini.
Haidar adalah potret
santri yang sesungguhnya. Mesngamalkan semua
nilai-nilai kemanusiaan dan ajaran2 Islam
kepada masyarakat di sekitarnya, khususnya kepada anak-anak.
Bukankah memang tugas utama santri nantinya adalah mengabdi bagi masyarakat. Namun
faktanya, tidak sedikit santri yang mengacuhkan hal ini. Merasa hidup di
penjara “suci”, tak ada waktu untuk berkreasi dan berprestasi. Akan tetapi, Haidar
mampu membuktikan kepada kita, bahwa santri juga bisa berprestasi dan mengabdi. Merdeka
untuk anak-anak dan santri. Selamat Hari Kemerdekaan!
Nama : Haidar Abdurrohman
TTL : Bandung, 26
Oktober 1993
Alamat : Jl. Wangsa Praja Wetan No 12
Kota Baru Parahiyangan Padalarang Bandung
Nama Ibu : Dra. Yusi Riksa
Yustiana . M.pd
Nama Ayah : Dachlan
Ismail. SH
Motto : Kan kusosong
hari esok, karena ku cinta hari ini, dan ku pernah melihat hari kemarin.
Hobi : Berorganisasi,
main komputer,
membuat
artikel dan back packer.
Cita – cita : Pengen jadi ketua MPR dan Jadi Ahli
tata kota
paling hebat di dunia,
Pendidikan : TK Aisyah 9 Bandung
SDN Sukarasa 3
Mts. Darul Arqam Putra
MA. Darul Arqam Putra
Pondok Pesatren Darul Arqam Muhammadiyah
Daerah Garut
Prestasi : Duta Anak Indonesia Bidang
Perlindungan Khusus Tahun 2009
Pembaca Deklarasi
Anak Indonesia dalam Puncak Peringatan Hari Anak Nasional Tahun
2009
Menjadi Pembicara dalam acara Anti
Bullying di SMA PGII 2 Bandung
Pengalaman
Oraganisasi :
1.
Ketua Umum Forum Anak Daerah Jawa
Barat 2010 – 2012
2.
Wakil ketua Forum Anak Daerah
Jawa Barat 2008-2010
3.
Kepala Bidang Kaderisasi Sumber
Daya Manusia Ikatan Pelajar Muhammadiyah Darul Arqam Garut 2010-2011
4.
Sekertaris Bidang Kaderisasi
Sumber Daya Manusia Ikatan Pelajar Muhammadiyah Darul Arqam Garut 2009-2010
Prestasi
di Sekolah :
Prestasi di
sekolah tidak lebih dari ranking 5,6,7 terus
berputar-putar dengan angka tersebut, semenjak saya membagi waktu untuk belajar dengan organisasi. Tetapi saya tidak merasa rugi, karena
bagi saya ini adalah pilihan dan keputusan saya yang sangat tepat.
Juara 1 Lomba debat
Ghazwatul Fikir
Juara 3 Dakwah Bahasa
Indonesia
Juara 3 Lomba puisi
Bahasa Inggris
0 komentar:
Posting Komentar