Mahasiswa adalah generasi muda yang cerdas yang
telah terpilih melalui suatu proses penyaringan yang ketat. Mereka adalah iron stock bangsa dan negara dimasa
depan sebagaimana jargon mereka yang terkenal: Student now leader tomorrow. Mendengar kata “mahasiswa”, sebagian dari kita mungkin bertanya, mengapa ada kata “maha” di depan kata “siswa”. Mengapa
bahasa Indonesia menempatkan kata mahasiswa sebagai padanan kata pengganti kata
pelajar perguruan tinggi. Padahal dalam bahasa Inggris, tidak ada kata mahasiswa.
Pelajar perguruan tinggi tetap dipanggil sebagai “student” yang disamakan dengan pelajar sekolah dasar dan menengah.
Dalam bahasa Sansekerta, “maha”
diartikan sebagai “tak terbatas/hebat”.
Menjadi satu kontemplasi tersendiri untuk para mahasiswa agar memahami makna
mendalam dari kata “mahasiswa”. Kata “maha”
disini bisa dipahami sebagai suatu harapan bagi mahasiswa agar senantiasa
menjadi seorang pembelajar dimana pun ia berada, tidak ada rasa puas akan ilmu
yang membuat diri mahasiswa terus mencari dan belajar hingga akhir hayatnya.
Menyadari peran, posisi dan fungsi mahasiswa menjadi
sebuah tuntutan mendasar, karena bagaimana mungkin mahasiswa menjalankan
perannya dengan baik jika ia tidak pernah mengetahui potensi apa yang dimiliki
serta tanggung jawab besar apa yang harus dipikul olehnya di masa kini dan masa
mendatang. Pembelajaran yang terus menerus, meningkatkan kapasitas diri serta
membangun integritas akademik dan religius merupakan langkah-langkah yang bisa
dilakukan mahasiswa untuk mewujudkan perannya sebagai pemimpin masa depan
bangsa ini. Meski mungkin perlu disayangkan, hanya sedikit mahasiswa yang
memahami tanggung jawab besar dibalik potensi besar yang dimilikinya. Sehingga
dampak dari keberadaan 4,8 juta mahasiswa di Indonesia bisa dikatakan belum terlalu
terasa (Kompas.com). Idealisme mahasiswa yang
dibangun dengan dasar intelektualitas, religius, integritas, dan kepedulian
terhadap masyarakat menuntut mahasiswa untuk bisa memberikan yang terbaik
kepada masyarakat. Sebagai seorang first
class citizen ,
permasalahan moral dan politik seharusnya sudah menjadi santapan sehari-hari
yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan.
Potensi Indonesia
Sebelum membicarakan bagaimana peran mahasiswa dalam
membangun kemandirian bangsa, ada baiknya jika kita mencoba menilik kembali,
potensi apa yang dimiliki oleh negara kepulauan yang besar ini. Sehingga akan
lebih mudah memahami bagaimana peran mahasiswa dalam turut serta berpartisipasi
aktif dalam mewujudkan kemandirian bangsa. Indonesia merupakan bangsa yang besar. Kebesaran bangsa
Indonesia tidak hanya dilihat dari jumlah penduduknya yang mencapai 237 juta
jiwa - yang membuat Indonesia menempati peringkat jumlah penduduk terbanyak
keempat di dunia - tetapi juga kemajemukan
budayanya. Kemajemukan budaya tersebut diperlihatkan antara lain dengan
terdapatnya 495 suku / etnis dan 567
bahasa lokal / dialek yang tersebar di Indonesia (bps.go.id).
Sejarah
telah menuliskan bagaimana bangsa yang heterogen ini pada akhirnya muwujudkan
persatuan untuk berjuang dalam menghadapi musuh bersama (penjajah) dan mencapai
cita-cita bersama (kemerdekaan). Proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17
Agustus 1945 merupakan buah perjuangan yang diperoleh dengan persatuan. Dengan
demikian momen tersebut telah menutup fase liberation serta membuka fase
berikutnya, yaitu fase nation and
character building. Namun, tantangan yang dihadapi pada fase kedua
jauh lebih sulit daripada fase pertama. Untuk menghadapi tantangan tersebut bangsa
Indonesia dituntut untuk tetap membangun
dan menjaga kohesivitas (persatuan) serta tanggap terhadap perubahan yang terjadi di dunia.
Selain itu,
Indonesia juga memiliki keunggulan posisi geografis.
Posisi Indonesia terletak di jantung kawasan pertumbuhan ekonomi tertinggi di
dunia yang mencakup Asia Timur, Asia Selatan, dan Australia-Selandia Baru.
Indonesia
kini memiliki potensi untuk menjadi negara yang maju, khususnya pada potensi
alam yang sejatinya tidak dimiliki oleh negara lain. Sehingga strategi
pembangunan pun harus berbasis potensi atau keunggulan sumber daya alam ini.
Terutama sumber daya berupa tropical
terrestrial dan marine resources
yang merupakan wujud khas Indonesia sebagai negara kepulauan di khatulistiwa (www.ristek.go.id).
Perguruan
Tinggi sebagai Pusat Peradaban
Sudah
saatnya perguruan tinggi berpikir bagaimana dapat menjadi satu pusat peradaban
di Indonesia. Dari perguruan tinggilah ilmu dan teknologi itu dikembangkan,
dari perguruan tinggi para sarjana hebat diwisuda, di perguruan tinggi para
pemilik industri juga mengembangkan diri dan mencari bibit unggul yang bisa
memajukan perindustrian nasional, dari
perguruan tinggi akan dilahirkan para entrepreneur
muda yang mengembangkan usahanya dengan berbasis kompetensi yang didapatnya di
bangku kuliah, dan dari perguruan tinggi pula dilahirkan negarawan yang memiliki
intelektual yang nantinya akan memimpin bangsa dengan kecapakannya. Perguruan
tinggi harus bisa menyadari bahwa ada peran besar yang dimiliki olehnya dalam
suatu negara. Perguruan tinggi berada di pusat dari berbagai komunitas yang ada
di suatu negara, baik itu pemerintahan, swasta maupun masyarakat itu sendiri.
Dunia akademik yang dimana perguruan
tinggi berada di dalamnya dikenal luas sebagai penyedia dan pemakai knowledge serta tempat terjadinya proses
difusi dan inovasi. Sebuah negara yang maju selalu memiliki sebuah perguruan
tinggi ternama yang menjadi centre of knowledge atau centre of civilization. Sebut
saja Amerika Serikat dengan Massachusetts Institute of Technology
(MIT) dan Jepang dengan Tokyo University,
dua negara ini menjadi bukti bahwa perguruan tinggi memainkan peranan yang
besar dalam perkembangan sebuah negara (webometrics.info). Yang menjadi
pertanyaan adalah apakah melalui perguruan tinggi tempat kita bernaung dapat
memberikan peranan yang besar dalam perkembangan Indonesia. Apa yang dilakukan
oleh negara adalah sebuah proses perubahan atau perbaikan, sebuah continues improvement yang membuat negara selalu
berusaha menjadi terdepan.
Dengan
posisi yang sangat strategis ini tentunya perguruan tinggi mempunyai peran
dalam menghubungkan antar komunitas. Sebagai pusat ilmu pengetahuan perguruan
tinggi dapat berperan sebagai rujukan publik atas segala permasalahan dan tantangan
yang terjadi. Karena bagaimana pun semua masalah dapat diselesaikan jika
merujuk kembali ke ilmu. Selain sebagai rujukan atas permasalahan, peran
sentral perguruan tinggi adalah mensuplai alumni yang berkompeten serta
memiliki karakter yang baik untuk mengisi pos-pos yang ada di masyarakat. Peran
sentral ini sebisa mungkin bisa dijalankan dengan baik oleh perguruan tinggi
dengan meningkatkan kapasitasnya (world
class university). Harapan besar tentunya kepada perguruan tinggi untuk
bisa menjadi solusi atas permasalahan yang ada dan dapat menjadikan dirinya
sebagai pusat peradaban di suatu negara.
Kesimpulan
Posisi mahasiswa sebagai middle class
menyatakan peran mahasiswa untuk menjembatani antara pemerintah dengan rakyat. Mahasiswa
merupakan komunitas terpelajar yang atas segala kelebihan kapasitas
intelektualnya membuatnya memiliki tanggung jawab terhadap masyarakat. Peranan mahasiswa dalam mendukung terwujdnya
Indonesia yang mandiri sangatlah besar, walau secara jumlah, mahasiswa hanya sekitar
2 % dari total seluruh penduduk Indonesia.. Dengan segala kemampuan
berpikir kritisnya mahasiswa seharusnya dapat menjawab kebutuhan praktis
masyarakat berdasarkan realita yang ada. Penyadaran
peran mahasiswa sebagai iron stock,
guardian of value dan agent of change
adalah sebuah usaha untuk mahasiswa agar selalu menyadari posisinya untuk
terus dekat dan menjadi solusi untuk masyarakat.
Dengan konsep itulah mahasiswa semestinya bergerak dan
menyadari dirinya, belajar tidaklah hanya sebatas mengejar gelar akademis atau
nilai indeks prestasi (IP) yang tinggi dan mendapat penghargaan cumlaude, lebih dari itu mahasiswa harus
bergerak bersama rakyat dan pemerintah untuk membangun bangsa.
Oleh karena itu, dengan semangat kemerdekaan mari
bersama memaknai event ini dengan
senatiasa menginsyafi dan selalu berintrospeksi diri sebagai seorang ”mahasiswa”,
juga kita jadikan sebagai momentum untuk ”hijrah”, yaitu hijrah dari kemalasan
menuju kerja keras, hijrah dari sikap pesimis menuju sikap optimis, berani
keluar dari kenyamanan untuk mendaki dan menempuh kesulitan, respect dan tanggap terhadap
permasalahan umat dan bangsa , sehingga akhirnya kita layak dan pantas untuk
disebut sebagai seorang ”mahasiswa”.
Referensi
·
Kadiman, Kusmayanto., Membangun Daya Saing, Kemandirian Sains, dan Teknologi Bangsa, (www.ristek.go.id,
2008 )
·
Top 1200 Universities, (webometrics.info,
2011)
0 komentar:
Posting Komentar